Gaza City, Sabtu - Serangan militer Israel ke wilayah Jalur Gaza, Palestina, hingga hari Sabtu (3/1) tidak menunjukkan tanda-tanda menyurut. Bahkan, negara itu semakin membabi buta dalam melakukan serangan.
Akibat serangan Israel itu, semakin banyak warga sipil Palestina menjadi korban. Situasi kemanusiaan di Gaza pun semakin memilukan karena banyak korban terluka sulit mendapatkan pengobatan akibat blokade yang diberlakukan Israel.
Hal itu semakin menyulut kemarahan dunia Islam serta kekhawatiran dunia akan situasi kemanusiaan di Jalur Gaza. Aksi-aksi protes atas serangan Israel itu terjadi di berbagai negara. Di Eropa, ratusan ribu rakyat di sejumlah negara turun ke jalan untuk mendesak pemerintah mereka agar tidak membiarkan aksi brutal Israel. Di AS, aksi protes atas tindakan Israel juga dilakukan sejumlah komunitas di beberapa kota.
Pada Sabtu kemarin, peluru kendali Israel menghancurkan sebuah sekolah dan menewaskan penjaganya di utara Gaza dengan alasan sekolah itu digunakan sebagai perlindungan pejuang Hamas. Rudal-rudal Israel juga menghantam pelabuhan Gaza City dan serangan lainnya menewaskan Mohammad al-Jammal (40) yang disebut beberapa sumber sebagai komandan lokal sayap militer Hamas. Militer Israel mengatakan Jammal bertanggung jawab atas seluruh serangan roket Palestina dari Gaza City.
Pasukan darat Israel juga telah siap melakukan serangan darat ke Jalur Gaza. Tank-tank dan tentara Israel telah bersiap di sepanjang 60 kilometer perbatasan Israel dengan Gaza, menunggu lampu hijau dari pemerintah.
Menghadapi kemungkinan serangan darat Israel, pemimpin politik Hamas Khaled Meshaal dalam rekaman video yang disiarkan Al Jazeera memperingatkan Israel, ”Apabila kamu melakukan kebodohan dengan melancarkan serangan darat, takdir hitam menunggumu. Kamu segera mengetahui Gaza dilindungi Allah.”
Krisis kemanusiaan
Sejak Israel melancarkan operasi ”Cast Lead” untuk membalas tembakan-tembakan roket dari Gaza sejak 27 Desember, sedikitnya 436 warga Palestina tewas dan 2.209 lainnya luka-luka. Serangan Israel telah menghancurkan gedung pemerintahan Hamas, tempat tinggal pejabat-pejabat senior Hamas, beberapa masjid, jalan-jalan, dan lorong- lorong yang digunakan untuk menyelundupkan persenjataan dan barang-barang kebutuhan sehari-hari ke Jalur Gaza yang praktis telah diblokade Israel sejak Juni 2007.
Koordinator Bantuan Kemanusiaan PBB untuk Gaza, Maxwell Gaylard, dengan tegas mengatakan, kondisi Gaza jelas sebuah krisis kemanusiaan, bahkan lebih dari itu. Hal itu untuk membantah pernyataan Israel yang berkilah tidak ada krisis kemanusiaan di Gaza.
Meski terus dibombardir, penembakan roket dari Gaza juga berlanjut. Tak kurang dari 500 roket ditembakkan pejuang Palestina dan Sabtu kemarin delapan roket ditembakkan pejuang Palestina ke wilayah Israel.
Meshaal menegaskan, rakyat Palestina tidak akan terpecah, tidak akan menyerah dan tunduk pada kemauan Israel.
Bush dan Obama
Di Washington, Presiden George W Bush yang masa jabatannya tinggal seminggu lagi hanya menyalahkan pejuang Hamas yang menembakkan roket ke wilayah Israel dan tutup mata terhadap blokade Israel yang membuat rakyat Palestina di Gaza hidup dalam kesulitan.
Sementara presiden AS terpilih Barack Obama, seperti dilaporkan Chicago Tribune, tetap tutup mulut atas serbuan Israel ke Gaza itu. Obama yang tengah menikmati liburan di Hawaii ketika krisis di Gaza itu mulai meletus sampai saat ini tidak menyampaikan pernyataan apa pun, baik soal pengeboman oleh Israel maupun serangan roket pejuang Palestina.
Orang dekat Obama mengatakan, dia tidak ingin memberikan ”sinyal membingungkan” dalam kebijakan luar negeri AS selama Presiden George W Bush masih resmi sebagai presiden.
”Presiden terpilih Obama terus mengikuti dari dekat peristiwa-peristiwa global, termasuk situasi di Gaza. Akan tetapi, saat ini hanya ada satu presiden,” ungkap Brooke Anderson, juru bicara kepala keamanan nasional untuk tim transisi Obama. (AP/AFP/Reuters/OKI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar